Karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di RSUZA tahun 2012

19 Desember 2012




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Di dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010 disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, Making Pregnancy Safer mempunyai misi dan visi untuk mencapai Indonesia sehat 2010. Visi Making Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indosenia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahikan hidup sehat. Sedangkan misinya adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin ASKES terhadap intervensi yang cost-effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional. Dan tujuan Making Pregnancy Safer adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2001).
            Ekstraksi vakum merupakan tindakan untuk melahirkan bayi.dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum.
Tehnik melahirkan bayi menggunakan alat vakum yang telah diperkenalkan sejak tahun 1840 oleh Simpson, dan model alat ini terus berubah demi mengurangi resiko pada bayi yang diperkenalkan Malmstrom tahun 1954.alat ekstraksi vakum dibuat dalam 2 bentuk. Ada yang terbuat dari bahan  stainless dan silastic yang masing-masing punya keunggulan.Prinsip kerja alat ekstraksi vakum adalah dengan memberikan tekanan negatif, sehingga akan membentuk kaput dikulit kepala bayi yang berguna sebagai tempat tarikan saat ibu mengejan (Cuningham F, 2002).
            Adanya beberapa faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi vakum dilakukan yaitu ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung, section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Maka perlu tindakan ekstraksi vakum. Ekstraksi vakum dapat mengakibatkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu sehingga mengakibatkan perdarahan yang dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan pendarahan intrakranial.(Depkes RI,2005)
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di Negara-negara bekembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh pendarahan (30%), infeksi (12%), eklampsia (25%), partus lama (11%), komplikasi abortus (12%) dan penyebab lainnya (Depkes RI, 2001)
            Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)  tahun 2007 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan AKI Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010).
            persalinan yang didapat dari WHO kejadian ekstraksi vakum berkisar antara 38% dan pervaginam berkisar 62% pada presentase belakang-kepala. Sekalipun kejadian kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian ibu 90% disebabkan oleh perdarahan yaitu (Mochtar 1998) atonia uteri 50% - 60 %, retensio plasenta 16% -17 %, laserasi jalan lahir 4% - 5%, kelainan darah 0,5% - 0,8%, infeksi, partus lama dan komplikasi lain (Depkes RI, 2010). Data nasional pada tahun 2008 menyebutkan ekstraksi vakum bersikar 40%.(Depkes RI, 2010).
            Alasan pemilihan alat ekstraksi vakum (alat bantu persalinan pervaginam) adalah untuk menghindari tingginya angka operasi caesar yang sudah membutuhkan biaya relatif lebih besar dan resiko dari tindakan operasi terhadap ibu bila dibandingkan dengan tindakan ekstraksi vakum, selain itu komplikasi yang terjadi pada partus buatan dengan ekstraksi vakum biasanya timbul akibat terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan kadang juga operator sering  menemukan kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang tidak siap operasi dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir pervaginam.
            Di provinsi Aceh jumlah AKI melahirkan di Aceh berkisar 190/100.000 kelahiran hidup (KH). Berdasarkan penelitian   di RSZA ditemukan kasus ekstraksi vakum sebanyak 67 (19,6%) dari 341 jumlah ibu bersalin yang dilakukan dengan alasan antara lain yaitu partus tak maju (partus lama), kelelahan pada ibu dan gawat janin ringan yang dapat berdampak pada kematian ibu (AKI)
            Berdasarkan data dan penjelasan diatas maka penullis tertarik mengetahui “Karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di RSUZA Banda Aceh Tahun 2012
B.  Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah bagaimana  karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di RSUZA Tahun 2012
C.  Tujuan Penelitian
C.1.  Tujuan umum
Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di RSUZA Tahun 2012

C.2.  Tujuan khusus
1.    Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum berdasarkan umur ibu.
2.    Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum berdasarkan pendidikan ibu.
3.    Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum berdasarkan pekerjaan ibu.
4.    Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum berdasarkan pritas
5.    Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum berdasarkan cara persalinan yang lalu.





D.  Manfaat Penelitian
D.1.    Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penerapan ilmu yang didapat di masa pendidikan di Akademi Kebidanan
D.2.    Bagi Pendidikan
Sebagai bahan informasi yang dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian lebih lanjut bagi yang membutuhkannya.
D.3.    Bagi Instansi
Meningkatkan mutu pelayanan yang telah dicanangkan oleh pemerintah supaya pertumbuhan dan perkembangan pada anak semakin optimal dan dapat tercapai seoptimal mungkin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Defenisi
a.    Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstrator vakum atau ventouse.(Depkes RI,2002)
b.    Ekstraksi vakum adalah metode  pelatihan dengan memasang sebuah mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif (Mansjoer,Arif 1999).
c.    Ekstraksi vakum adalah tindakan obstetri yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (Cuningham F 2002).
d.    Ekstraksi vakum adalah suatu alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang masih berada dalam jalan lahir (manuaba, 1998).

B.  Etiologi
Ekstrakator vakum hanya digunakan pada persentasi belakang-kepala. Dalam keadaan terpaksa, ekstraksi dengan ekstraktor vakum dapat dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap tetapi sedikit-dikitnya 7 cm. Begitu pula ekstraksi vakum masih boleh digunakan, apabila pada presentasi belakang-kepala, kepala janin sudah sampai hodge II tetapi belum sampai hodge III, asal tidak ada diproporsi sefalipelvik. Dalam pemakaian ekstraktor vakum, mangkok yang dipilih harus sesuai dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunya kepala janin dan tenaga untuk tarikan yang dipelukan. Umumnya yang dipakai ialah mangkok dengan diameter 50 mm (Cuningham F 2002).
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya ekstraksi vakum yaitu :
a.            Waktu Kala II yang memanjang ( partus lama ) atau gawat janin ( masih kontroversi ).
Pada umumnya kala II yang lama merupakan indikasi untuk melakukan ekstraksi dengan cunam berhubung dengan meningkatnya bahaya ibu dan janin.
Pada presentasi belakang-kepala dengan kepala belum sampai didasar panggul, dan persentase muka setelah kala II lamanya 3 jam pada seorang primigravida dan 2 jam pada multipara dilakukan pemeriksaan dengan seksama ( jika perlu dengan memasukkan 4 jari atau seluruh tangan kedalam vagina ) apakah sungguh-sungguh kepala sudah masuk dalam rongga panggul dengan ukuran terbesar, dan apakah tidak ada rintangan apapun pada panggul untuk melahirkan kepala. Dalam hal kepala janin sudah melewati pintu atas panggul dengan ukuran terbesar, putaran paksi dalam kepala sudah atau hampir selesai, dan dalam hal tidak adanya kesempitan pada bidang bawah panggul, persalinan diselesaikan dengan ekstraksi cunam (mansjoer Arif, 1999).

C.  Indikasi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi forsef/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, kelebihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, Kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebablan persalinan tidak dpat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara pervaginam, maka perlu tindakan ekstraksi vakum/tindakan ekstraksi vakum menyebabkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagian ibu. Di samping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengeakibatkan perdarahan intrakranial.


D.  Komplikasi Ekstraker Vakum
Pada ibu, perdarahan, trauma jalan lahir dan infeksi. Pada janin seperti ekskoriasi kulit kepala, fetal hematoma, subgaleal hematoma. Hematoma ini cpat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat, nekrosis kulit kepala (Scapnerosis), dapat menimbulkan alopesia.
Syarat dari Ekstraksi Vakum
1.    Janin aterm
2.    Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi)
3.    Pembukaan serviks sudah lengkap
4.    Kepal janin sudah engnged.
5.    Selaput ketuban sudah pecah atau jika belum, dipecahkan.
6.    Harus ada kontraksi uterus atau his dan tenaga mengejan ibu.

E.  Prosedur Ekstraksi Vakum
Ibu tidur dalam posisi lithotomi Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum. Bila waktu pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri, diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks.
Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga -0,2 kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : -0,7 sampai -0,8 kg/cm2. ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit.
Dengan adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum artifisial (chignon). Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya HIS, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul.
Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan tangan kanan penolong. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kearah muka penolong. Traksi dilakukan terus selama ada HIS dan harus mengikuti putaran apksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis.

Bila HIS berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermitten, bersama-sama dengan HIS. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya.
Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva. Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan:
a.    Tenaga vakum terlalu rendah
b.    Tenaga negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.
c.    Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencengkram dengan baik.
d.    Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.
e.    Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik.
f.     Traksi terlalu kuat
g.    Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.
h.    Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.

F.   Keunggulan dan Kerugian Ekstraksi Vakum
Keunggulan
1.    Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)
2.    Tidak diperlukan narkosis umum
3.    Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang ahrus melalui jalan lahir
4.    Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap
5.    Trauma pada kepala janin lebih ringan
Kerugian
1.    Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama
2.    Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.
3.    Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara.
G.  Karakteristik Ibu Bersalin
1.    Umur Ibu
Usia ibu mempunyai pengaruh terhadap kehamilan, di usia kurang dari 20 tahun adalah umur yang dianggap terlalu muda untuk hamil dan melahirkan karena endometrium belum siap menerima hasil konsepsi dan bila fungsi organ tubuh lainnya sudah mulai menurun dan  kesehatan ibu tidak sebaik dulu. ( Jame R, Scoot, 2002 )
2.    Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu dapat mempengaruhi tingkat terjadinya ekstraksi vakum, dimana ibu yang berpendidikan rendah kurang memperhatikan perkembangan dan kesehatan kehamilannya, karena kurang pengetahuan ibu sehingga pada umumnya ibu tidak perduli dengan keadaannya. Semakin  tinggi pendidikan ibu semakin tinggi  kesadaran ibu akan kesehatan dirinya dan kehamilannya. ( Merge Koblinsky, 2002 )
3.    Pekerjaan Ibu
Pekerjaan ibu yang dilakukan sehari-hari tanpa dibatasi atau istrahat yang cukup, hal ini akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan janin. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya ibu akan mengalami kelemahan dan kekurangan tenaga sehingga harus dilakukan ekstraksi vakum. ( Mac Donal YC, 1994 )
4.    Paritas
Frekwensi ekstraksi vakum berkisar 10 – 15 % seringa terjadi pada kehamilan primigravida. ( Derek L. Jones, 2002 ).
5.    Cara persalinan yang lalu
Ibu dengan riwayat sudah pernah mengalami secsio sesarea, Untuk kehamilan berikutnya dapat terjadi ekstraksi vakum.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
            Adapun  kerangka konsep penelitian tentang karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di Klinik  Yhosua Lubuk Pakam Periode 01Januari – 31 Mei 2009 adalah sebagai berikut :
 



B. Defenisi Operasional
1.    Usia ibu merupakan lamanya hidup sejak dilahirkan sampai dengan waktu penelitian yang dinyatakan dengan tahun, yang dikategorikan atas :
a.    < 20 tahun
b.    20-35 tahun
c.    35 tahun
2.    Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah didapat oleh ibu yang dikategorikan atas :
a.    Pendidikan Dasar          : SD, SLTP
b.    Pendidikan Menengah : SLTA
c.    Perguruan Tinggi          : D-III, S-1
3.    Pekerjaan ibu adalah suatu kegiatan rutin yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga yang dikategorikan atas :
a.    PNS / POLRI / TNI
b.    Pegawai swasta / BUMN
c.    Wiraswasta
d.    Petani
e.    Tidak bekerja
4.    Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilalui oleh ibu baik yang hidup dan meninggal, yang dikategorikan atas :
a.    Primigravida
b.    Secondygravida
c.    Multigravida
d.    Grandemultigravida
5.    Cara persalinan yang lalu adalah pada penelitian di Klinik Yhosua Lubuk Pakam yang tercatat dalam data – data yang diperoleh bahwa cara persalinan didapat dengan cara :
1)    Partus Vaginal
a.    Partus spontan adalah janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri atau lebih lazim disebut mentode Brach.
b.    Manual aid adalah : janin yang dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c.    ekstraksi vakum adalah : suatu tindakan bantuan persalinan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi vakum yang dipasang dikepalanya janin.
2)    Sectio Sesarea adalah : Operasi abdomen untuk mengeluarkan anak dari kandungan

C. Jenis Penelitian
      Penelitian ini bersifat deskriftif yaitu menggambarkan karakteristik ibu dan bayi di RSUZA Tahun 2012
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian
D.1. Lokasi
Penelitian dilakukan di RSUZA  dengan pertimbangan :
1.    Adanya kasus ekstraksi vakum di RSUZA Tahun 2012
2.    RSUZA merupakan tepat mahasiswa program studi kebidanan melaksanakan praktek.
D.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Juni 2009

E. Populasi Dan Sampel
E.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di RSUZA Tahun 2012 sebanyak 67 orang.
E.2. Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi di RSUZA Tahun 2012 sebanyak 67 orang.

F. Metode Pengumpulan Data
            Data yang diperlukan dalam penelitian dikumpulkan dengan menggunakan data sekunder didapat berdasarkan status dari pasien. Pengumpulan dari analisa data dilakukan secara manual dengan langkah sebagai berikut :
·         Proses Editing
Dilakukan pengecekan kelengkapan data yang telah dikumpulkan. Bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data kembali. Bertujuan agar data yang diperoleh dapa diolah dengan baik untuk mendapat informasi yang benar.
·         Proses Coding
Pembuatan code data yang telah diperiksa sehingga dapat diubah dalam bentuk data.
·         Proses Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data dan analisa data serta pengambilan keputusan maka data tersebut disajikan dalam distribusi frekuensi


G. Pembahasan Data
            Setelah data ditabulasi maka data deskriptif diolah dengan persentase data yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
            f
p =                   x 100 %
            n

Keterangan :
p : Presentase
f : Frekuensi kejadian berdasarkan hasil penelitian yang dikategorikan
n : Jumlah sampel

 
MASTER TABEL
KARAKTERISTIK IBU BERSALING DENGAN EKSTRAKSI VAKUM

No.
No Register
Nama Pasien
Tanggal Masuk
Umur
(Tahun)
Gravida
Cara Persalinan
Penanganan Ibu Bersalin