Pengetahuan Ibu Dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Pengaruhnya Terhadap Permasalahan Gizi Balita

4 February 2011


Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan merupakan hal yang umum di setiap negara. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi, merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Akan tetapi ada sebab lain yang tak kalah penting, yaitu kurang pengetahuan tentang makanan bergizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi pangan yang diproduksidan tersedia. (Harper, 2001)
Dalam penelitian yang dilakukanoleh sanjaya (2000) juga disebutkan bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Hal ini senada dengan yang dianggap oleh Berg (1986), bahwa sekalipun daya beli merupakan halangan yang utama, tetapi sebahagiaan kekurangan gizi akan bisa diatasi kalau orang tua tahu bagaimana seharusnya memanfaatkan segala sumber yang dimiliki.
1.5. Makanan bergizi bagi balita
Tubuh kita terbentuk dari zat–zat yang berasal dari makanan oleh karena itu kita memerlukan masukan makanan, yaitu untuk memperoleh zat–zat yang diperlukan tubuh, (Nuraimah, 2001). Gizi (nutrizi) yang baik merupakan tujuan yang penting bagi kebanyakan orang, Gizi semakin dipandang sebagai faktor penentu yang penting dalam upaya mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. Anak usia di bawah lima tahun merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan pengindraan, kemampuan berpikir, keterampilan berbahasa dan berbicara bertingkah laku sosial dan lainnya (DepkesRI, 2001, dalam Santoso & Ranti, 2001). Oleh karena itu pada usia balita harusnya memperoleh zat gizi yang mencukupi jumlah dan zat gizinya (Sumiarta, 2005).
Selain itu makanan merupakan kebutuhan fungsi jasmaniah dan psikososial untuk kelangsungan hidup, nutrisi juga memiliki makna simbolik berdasarkan keyakinan budaya, spiritual dan keperibadian seseorang. Nutrisi biasanya menjadi simbolik kehidupan dan kasih sayang, seperti ibu yang memberikan makanan pada anaknya (Khomsan, 2003). Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan untuk kehidupan anak, kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak terutama pada anak usia balita maka selain pengetahuan diperlukan juga kemampuan dalam mengelola makanan sehat untuk anak yang merupakan suatu hal yang sangat penting (Santoso & Ranti,2001).
Menurut Notoatmojo (2003), agar makanan dapat berfungsi dengan baik maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus mengandung zat-zat gizi tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, makanan harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
a) Protein
Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuhan (protein nabati) dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh sebagai pembangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pangatur seperti enzim dan hormon, membentuk zat inti energi, (1gr protein kira-kira akan menghasilkan 4,1kalori). Kebutuhan protein balita bayi bervariasi dari 1,6-2,2 gr protein per kg BB. Total asupan protein sebaiknya tidak melebihi 20 % dari kebutuhan energi.
b) Lemak
Berasal dari minyak goreng, daging, margarine, dan sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gr lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori), sebagai pelarut vitamin A,D, E, K dan sebagai pelindung bagi pada temperatur rendah.
c) Karbohidrat.
Berfungsi sebagai salah satu pembentuk energi yang paling murah. Pada umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh- tumbuhan (beras, jagung, singkong, dan sebagainya), yang merupakan makanan pokok.
d) Vitamin
Vitamin merupakan molekul organik yang terdapat didalam makanan. Fungsi vitamin berlainan satu sama lain tetapi secara umum fungsinya adalah mengatur metabolisme tubuh.
e) Mineral
Berfungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Bayi membutuhan kurang lebih 150ml/ kg BB air maupun cairan lainnya hal ini untuk mencegah bayi yang mudah mengalami dehidrasi maupun diare.
1.5.1 Pengaturan Pemberian Makanan Balita
Pemberian makanan adalah cara pemberian makanan kepada balita, dimana pemberian makanan tersebut harus disesuaikan dengan usia balita dan dilakukan secara bertahap, karena kerja saluran cerna balita belum sempurna. Pengturan makanan dimulai dari pemberian ASI, makanan lumat/lunak, makanan lembek, sampai akhirnya makanan padat.

1.5.3 Pengaruh makanan bagi kesehatan Balita
Makanan sehari – hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang di butuhkan untuk fungsi normal tubuh. Begitu juga sebaliknya bila makanan tidak dipilih dengan baik tubuh akan mengalami kekurangan zat – zat gizi esensial gizi tertentu. Beberapa manfaat bagi tubuh yaitu
1) memberi energi dari karbohitrat, lemak, dan protein,
2) pertumbuhan dan pemeliharaan, jaringan tubuh dari protein mineral dan air
3) mengatur proses tubuh dari protein, mineral air dan vitamin (Almatsier, 2002).
Menurut Almatsier (2002) kekurangan gizi secara umum dapat menyebabkan
gangguan pada beberapa proses tubuh yaitu;
a. Pertumbuhan
Anak – anak yang kurang gizi tidak dapat tumbuh menurut potensialnya
b. Produksi tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan yang menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktifitas. Orang menjadi mala, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurut.
c. Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan dan stres menurunkan sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi. Pada anak–anak hal ini menyebabkan kematian.
d. Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Otak, mencapai bentuk maksimum pada usia 2 tahun kurang gizi dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak secara permanen. Makanan yang baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Fungsi zat gizi bagi tubuh.
1) Memberi energi
Zat-zat dapat memberikan energi bagi tubuh. Zat gizi tersebut adalah karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh melakukan aktivitas. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat tersebut dinamakan zat pembakar.
2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh
Protein, mineral dan air adalah zat pembangun yang diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak.
3) Mengatur proses tubuh
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.Dalam fungsinya ini ke empat zat gizi tersebut dinamakan zat pangatur (Almatsier, 2002)’

2.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi
2.4.1 Pengetahuan
Apabila seorang ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihar giziserta mengatur makanan kejadian gizi kurang akan dapat dihindari. Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum disetiap negara. Hal ini didukung juga dengan penelitian yang dilakukan Sandjaja (2000) yang melaporkan bahwa sebagian besar anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan.
2.4.2 Sosial Ekonomi
Di negara berkembang seperti Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian besar adalah golongan ekonomi rendah dan menengah sehingga akan berdampak kepada pemenuhan bahan makanan terutama mkanan yang bergizi. Keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizi juga akan terganggu.
2.4.3 Sosial budaya
Pada dasarnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan akan keperluan fisik akan zat-zat yangterkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari pola makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh anggota keluarga. Beberapa budaya masyarakat tertentu masih menganut adanya makanan tertentu yang dianggap sebagai pantangan atau kepercayaan tahayul. Orang-orang Indonesia masih banyak yang beranggapan ada beberapa makanan yang harus dihindari atau menjadi pantangan terutama pada kondisi tertentu, misalnya pada ibu hamil. Dikalimantan masih banyak orang beranggapan bahwa ibu hamil harus menghindari makan 27 jenis ikan, padahal ikan adalah sumber utama protein yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan akan berdampak pada kesehatan dan status nutrisi anak kelak setelah lahir.
2.4.4 Status kesehatan
Apabila seseorang mengalami kondisi yang kurang sehat atau mengalami suatu penyakit tertentu maka berpengaruh terhadap selera makannya dan pola diet sehingga terganggu pemenuhan kebutuhan gizi untuk energi dan pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatannya. Misalnya orang yang mengalami gangguan dalam saluran pencernaan (infeksi lambung, kanker kolon, dll) yang harus mengikuti program diet dari dokter dan hal ini akan berdampak pada status nutrisinya. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan- perubahan yang mendadak, misalnya terinfeksi penyakit, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi( Supariasa,dkk, 2002).
2.4.5. Pola makan / pemberian makan
Selain pengetahuan, Sumiarta (2005) menyebutkan bahwa pola asuh dan pemberian makanan sangat berpengaruh pada status gizi balita. Pola makan yang seimbang akan menyajikan semua makanan yang berasal dari setiap kelompok makanan dengan jumlahnya sehingga zat gizi dikomsumsi seimbang satu sama lain. Meskipun makanan yang diberikan orang tua kepada anak- anaknya makanan yang bergizi, tetapi kalau diberikan tanpa makan yang teratur maka anak- anak tetap saja bisa mengalami gizi buruk (Budianingrum, 2005)
2.4.6. Pendidikan
Pendidikan orang tua merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan status gizi anak. pendidikan ibu lebih penting dalam menentukan status gizi anak daripada tingkat pendidikan ayah. Tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan keterbatasan seperti pengetahuan, sikap dan tindakan-tindakan dalam menangani masalah dalam keluarga khususnya masalah kesehatan. Disamping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi lainnya seperti pekerjaan, pendapatan, kebiasaan hidup, makanan dan perumahan.
2.5 Masalah – masalah Gizi balita
Secara nasional ada 4 (empat) masalah gizi utama di Indonesia, yaitu : kurang kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat kurang yodium, anemia defisiensi zat besi.
1. Kurang Kalori Protein
Kurang Kalori Protein (KKP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Kurang energi protein dikelompokkan menjadi KKP primer dan skunder. Setidaknya, ada 4 faktor yang melatarbelakangin KKP, yaitu : masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan. ( Arisman, 2004)
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmik-kwashiorkor.
2. Kekurangan Vitamin A
Buta akibat kurang gizi dapat menghinggapi siapa saja. Kondisi yang melatarbelakanginnya, seperti campak, diare, penyakit yang disertai demam, dan KKP, paling sering menyerang pada anak-anak yang kebetulan berkemukim di daerah yang serba kekurangan.
Kekurangan vitamin A ialah penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh, dan menyebabkan metaplasi keratinisasi pada epitel saluran pernafasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relative lebih awal terjadi ketimbang kerusakan yang terdektesi pada mata. (Arisman, 2004)
3.Gangguan Akibat Kurang Yodium
Gejala yang khas terbagi menjadi dua bentuk, yaitu :
a. jenis saraf, menampakkan gejala seperti defisiensi mental, bisu-tuli (deaf mutism), dan diplegia spastik
b. jenis miksedema yang ditandai dengan spesipik hipotiroidisme dan dwarfisme Besar pengaruh GAKY belum terjelaskan seluruhnya. Sebagian besar ahli lebih senang menganalogikakan keadaan ini sebagai fenomena gunus es dengan kretin sebagai puncaknya. Kretin hanya menempati bagian seluas 1-10%, gangguan otak 5-30%, sementara hipotiroidisme 30-50%. Ketiga gangguan ini merupakan salah satu kesatuan yang disebut gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).
4. Anemia Defesiensi Zat Besi
Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan/atau vitamin B12 ; yang kesemuanya terakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk), dan kecacingan yang masih tinggi. Dari ketiga penyebab tersebut, defesiensi vitamin B12 (anemia pernisiosa) merupakan penyebab yang paling jarang terjadi selama kehamilan. (Arisman, 2004).
2.6. Upaya Menanggulangi Masalah Gizi
Upaya menanggulangin masalah gizi seimbang, yakni : gizi kurang dan gizi lebih adalah dengan membiasakan mengkonsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat gizi yang seimbang. Ada 13 pesan dasar gizi yang seimbang, yaitu :
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
5. Gunakan garam beryodium
6. Makanlah makanan sumber zat besi
7. Berikan air susu ibu (ASI) saja pada bayi sampai umur enam bulan
8. Biasakan makan pagi
9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
11. Hindari minum minuman beralkohol
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
13. Bacalah lebel pada makanan yang dikemas
Penanggulangan masalah, gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar departemen dan kelompok profesi melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh perbaikkan pola konsumsi pangan ,masyarakat yang beranekaragaman dan seimbang dalam mutu gizi. (Almatsier, 2002)
Upaya penanggulangan masalah gizi kurang yang dilakukan pemerintah secara terpadu antara lain :
1. Upaya pemenuhan persedian pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi beranekaragam pangan.
2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
3. Peningkatan upaya pelayanan gizi tesrpadu dan sistem rujukan dimulai dari pos pelayanan terpadu (posyandu).
4. Peningkatan upaya keamanan pangan gizi melalui sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)
5. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat.
6. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.
7. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta kapsul minyak yodium.
8. Peningkatan kesehatan lingkungan.
9. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi.
10. Upaya pengawasan makanan dan minuman.
11. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi. (Almatsier, 2002)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar